LATAR BELAKANG
Salah satu keberhasilan seorang pemimpin adalah mampu mengambil keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan dan tentunya bermanfaat bagi orang banyak. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita harus mampu membuat keputusan yang efektif dan berdampak pada murid. Guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu sering kali dihadapkan dengan berbagai permasalahan baik berupa dilema etika maupun bujukan moral. Oleh karena itu guru harus mempunyai keterampilan dalam memutuskan suatu permasalahan supaya dalam mengambil keputusan dapat berdampak bagi warga sekolah dan murid. Hal inilah yang menjadi latar belakang bagi saya untuk melakukan aksi nyata pada Modul 3.1.a.10 ini.
Saya sebagai guru kelas 6 di SDN 014 Suka Maju merasakan dilema etika terhadap satu permasalahan yang terjadi pada murid saya di kelas 6. hampir 50% murid kelas 6 berangkat ke sekolah menggunakan kendaraan sepeda motor sendiri tanpa diantar oleh orang tua. mereka tidak punya pilihan lain untuk transportasi ke sekolah karena orang tuanya sudah berangkat bekerja di subuh hari sebagai buruh perkebunan kelapa sawit, sedangkan jarak tempuh ke sekolah lumayan jauh. Hal ini menjadi dilema karena seharusnya diusia SD murid belum diperbolehkan mengendarai sepeda motor ke sekolah, namun disisi lain mereka tidak akan berangkat ke sekolah karena tidak ada transportasi lain.
Dalam menghadapi permasalahan ini, maka saya akan melakukan analisis pengambilan keputusan dengan menggunakan 4 paradigma etika, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.
LANGKAH 1 : NILAI YANG BERTENTANGAN
Benar murid-murid tidak diperbolehkan membawa kendaraan bermotor ke sekolah sesuai dengan SOP sekolah. Namun, benar juga jika mereka tidak menggunakan kendaraan bermotor ke sekolah maka mereka tidak akan dapat ke sekolah karena jarak rumah yang lumayan jauh dan tidak ada yang bisa mengantarkan mereka.
LANGKAH 2 : YANG TERLIBAT DALAM SITUASI INI
Saya sebagai wali kelas 6 dan beberapa murid kelas 6
LANGKAH 3 : FAKTA YANG RELEVAN
Beberapa siswa berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor.
Jarak rumah murid tersebut ke sekolah lumayan jauh dan hanya melewati perkebunan sawit.
Orang tua murid bekerja sebagai buruh pabrik dan petani kelapa sawit yang harus berangkat bekerja pada subuh hari.
Tidak ada transportasi umum di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan desa.
Orang tua siswa mengizinkan anaknya untuk berangkat sekolah menggunakan sepeda motor.
LANGKAH 4 : UJI LEGAL
Uji Legal : Tidak terdapat pelanggaran hukum.
Uji Regulasi : Tidak terdapat pelanggaran etika.
Uji Intuisi : Murid harus berangkat ke sekolah untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Uji Publikasi : Tidak ada hal yang terlalu mengkhawatirkan.
Uji Panutan/Idola : Akan melakukan hal yang sama seperti yang saya lakukan.
LANGKAH 5 : PENGUJIAN PARADIGMA BENAR VS BENAR
Rasa keadilan lawan rasa kasihan. Dimana dengan situasi dan kondisi jarak rumah yang lumayan jauh, orang tua siswa yang harus bekerja mulai dari subuh hari, serta tidak adanya transportasi umum di desa sehingga sangat kasihan jika kita harus melarang hal ini yang dapat berakibat mereka tidak berangkat ke sekolah.
LANGKAH 6 : PRINSIP RESOLUSI
Ends-Based Thinking (Berpikir Berbasis Hasil Akhir) karena mereka tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
LANGKAH 7 : INVESTIGASI OPSI TRILEMA
Kemungkinan ada opsi lain yaitu mengajak orang tua berdiskusi untuk mencari solusi yang lainnya.
LANGKAH 8 : BUAT KEPUTUSAN
Keputusan yang saya ambil adalah mengizinkan murid tersebut memakai kendaraan bermotor ke sekolah, namun harus dengan surat izin dan pernyataan dari orang tua murid tersebut.
LANGKAH 9 : LIHAT LAGI KEPUTUSAN DAN REFLEKSIKAN
Menurut saya keputusan yang saya ambil sudah tepat. namun jika orang tua dapat mencarikan alternatif lain sebagai transportasi anak ke sekolah, maka itu akan jauh lebih baik.
Feelings, Findings, and Future
Dengan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etika ini, mebuat saya menjadi lebih yakin dan tenang terhadap keputusan yang telah saya buat. Saya juga merasa senang karena dengan adanya keputusan terbaik ini memberikan ruang gerak bagi anak dan bagi orang tua siswa juga dalam menjalankan aktivitas mereka. Siswa dapat ke sekolah dengan mudah, orang tua dapat bekerja dengan tenang.
Untuk kedepannya saya akan berusaha mempertahankan cara-cara ini pada setiap keputusan yang akan saya ambil, terutama dalam posisi saya sebagai seorang pemimpin pembelajaran.